Minggu, 23 November 2008

HIJAU

Adakah yang salah

Ketika tibatiba saja tak

Kutemui angin bagi pelayaran

Udara masih kurasa

Angin purba mengingatkan

Pada burung yang lukisi langit

Biru dengan puisi menggairahkan

Kelelawar mengucup darah

Bagi kusempurnakan bintang yang kugantung

Dipucuk cemara

Dilaut rumah

Kuucap bismillah seribu makna

Tangan bergerak

Ikuti laju burung terbang

Ikuti irama daun cemara

Nyanyikan lagu kehidupan

Kuucap bismillah seribu makna

Aku rumput gemrining

Yang kan jadi beringin

Karena aku pucuk cemara

Yang kan menjulang

Dibelantara matahari

Kuucap bismillah seribu makna

MANTRA

:(sepenggal doa yang terlupa, menjelang tidur)

Bang bing bong bing bong bang bong

Batu kerikil wajahnya dekil-dekil

Tembok bata bicara terbata-bata

Batu gunung bermuka sayu termenung-menung

Aku terhenyak

Mengambung aromamu mewangi diseluruh

Ruang kamar

Bagi penempuhan cinta yang kutanam dalam-dalam

Daun-daun gugurlah. Gugurlah !

Pohon cinta tumbuhlah

(yang tak ingin kurawat dengan pupuk materi belaka)

Gugurlah daun meresap

Humus penyubur bunga cinta

Mekarlah

Wijaya kusuma perlambang abadi

Bang bing bang bong bing bang bong

Amboi, sajakku sajak terlalu biasa

Sajakku mantra tak bermakna apa-apa

Bing bang bong bang bang bing bong bang

Pintaku

Batu kerikil tak lagi kecil-kecil

Tembok bata bicara tanpa dusta

Batu gunung bermuka sayu harus digulung

Padamu

Allah Allah Allah Allah Allah Allah Allah

Allah Allah Allah Allah Allah Allah Allah

Allah Allah Allah Allah Allah Allah Allah

Padamu

Minggu, 18 Mei 2008

FRAGMEN BULAN HIJAU

Sebuah rumah di tikungan jalan
Di balik pagar hitam sepasang remaja bercinta
Dalam gelap
Kelelawar penuh gairah mencumbu rembulan
Bintang-bintang memetikkan caya
Angin menggoyang malam
Dan tawamu –perempuan- sungguh merahkan darah

Cinta
Sudahkah kita mengerti dan paham
Hakekatnya
Angin basah menyapu wajah
Diam-diam
Adam dan hawa datang bawa catatan

Dik, kalau yang kau pinta cuma nafsu
Akulah lelaki
Jika yang kau pinta cuma setumpuk lakon
Seperti dalam cerpen atau roman atau sinetron
Akulah lelaki

Dik, pernahkah kita tanya pada kedalaman nurani
Apa makna kita berpandangan
Apa makna kuremas jemarimu
Apa makna kita berdekapan
Apa makna kukecup keningmu

Maknanya pahamkanlah
Jika tak ditemu
Maka selebihnya adalah dosa

JINGGA

Jangan biarkan aku jadi pembunuh
Dari segala kekalahan. Aku sudah muak
Di setiap pelataran rumah yang ku singgahi
Kubenamkan matahari dari segala tawa
Bulan menyayat tangisnya penuh dendam
Aku sudah muak
Memandangi arca wajahku yang
Retak-retak namun tak pernah runtuh
Karena lumut-lumut mengekalkan
Luka

KEMBANG HASRAT

I
Waktu lahir aku telanjang – tak tahu apa-apa
Setelah dewasa dan mengenal harum mawarmu
Kau lempar aku hingga tak tahu harus
Buat apa

Malam menggigil penuh di ranjang

Pada kediaman benda-benda juga kukabarkan
Bahwa masih kukalungkan hasrat melati
Dibentang langit biru.

II
Seperti dalam setiap selesai sujud
Kusetubuhkan jemariku dalam dekapannya.
Tuhan

LAMARAN

: ‘dik

Aku mencintainya karena engkau
Seperti darah yang bergerak
Memenuhi tiap urat syaraf di tubuhku
Dan membuat hidupku selalu berdetak

Aku mencintainya karena engkau
Bagai air yang mengalir dari puncak gunung
Mengalir terus tak terhalangi dan tak pernah lesu
Sampai akhirnya bermuara di lautmu tenang

Aku mencintainya karena engkau
Seperti telah kuserahkan hasrat dan jiwaku
Dalam genggamanmu
Begitulah ia mengambil hatiku
Yang sampai sekarang tak jua dikembalikan padaku

Tuhan, aku sungguh

THE EXPERIENCE OF STEP

Kadangkala ketulusan dan kejujuran
Kalah oleh bujuk rayu dan janji beracun !

PADA AKHIRNYA

Persoalan kita adalah persoalan maut
Yang selalu mengintai dengan pedangnya
Siap menikam kita kapan saja
Tak peduli apakah kita sedang tertawa
Atau sedang mandi peluh bergumul dengan
Nasib yang kerontang

Selalu mengintai dari pojokpojok waktu mencair
Siap memotong nadi roh kita
Kapan saja

Kamis, 27 Maret 2008

KEPAK DARAH

Aku ingin makan banyak hari ini
Bukan cuma sepiring nasi dan sepotong
paha ayam
Juga segenggam bara + sekepal sekam + sejumput
duri
Minumku tak hanya air mineral atau jus alpukat
Pun sebongkah salju + secawan racun kutenggak
Dalam hati

Kuingin hidupku berurat dan
Berakar baja
Menghujam di belantara matahari
Kan ku hela angin di bawah telapak kakiku
angkuh
biar lupakan nadi yang berjalan
menuruni kurva dimerah senja
dan biarkan :
di pojok kamar izrail murung
sendirian meniupi asap dupa

SEBUAH CATATAN DARI KANTOR PBB

Anyir darah
Amis darah
Laut tubuh dan darah

Asap mesiu mengepul hangat
Menciumi nyawa melekat
Tubuh terkoyak mortir
Melepas roh dari raga yang tak rela
Banyak tangis
(ada tawa ?)

Nanah meleleh dari borok-borok dunia

Ya, saudara-saudara !
Dengan asyiknya tiap hari kita catat :

Anyir darah
Bau perang
Laut tubuh dan darah
Bau perang
Asap mesiu – mortir – rudal
Bau perang
Bau perang
Bau perang
Bau............

Rabu, 19 Maret 2008

DUA GELISAH

Duduk semeja
Sudah berwaktu lamanya
Masing-masing bawa gelombang
Mencoba merentang garis.
Tak sepatah kata bergulir
Bisu ketemu bisu
Sepi tambah sepi
Berpandangan saja. Jadi apa ?

Hati gerah menghentikan nyawa
Langit pecah serentak
Ketika bareng berucap : jujurlah !

PARODI

: kawan yang ku ikat pada sumpah

lelucon demi lelucon kita lalui bersama
kebohongan demi kebohongan kita
kerjakan bersama
-- meski dibungkus dengan sebuah kata : kejujuran

sampai sejauh mana sebuah kata punya makna ?

wajah kita menangis. Hati kita terbahak
wajah kita tersenyum. Jiwa teriris-iris
pergi bawa kisah.

HANYUT 2

Cukuplah kata :
Segelas air yang kau sodorkan
Di sahara jiwa
Tak kan pernah menghapus rasa dahagaku
(proses lanjut ....?)
Jadi pertapa di goa diri
Sampai malaikat maut
Mengetuk pintu !

HANYUT 1

Tiada lagi segala :
Cuma pandangi pelangi
Biarpun :
Cinta tak pernah berkurang karena
Penerimaan
Cinta tak pernah berkurang karena
Penolakan.

Rabu, 05 Maret 2008

KEMBARA

Selalu saja ada yang tersisa
Dari segala kata yang kudirikan
Lewat rohku

Proses ?

Kembara diri tak mungkin berhenti
Jelajahi semesta

SURABAYA JATUH CINTA

Rindu dendam seiring gelombang
Pemberontakan. Tak mampu diredam
Selalu saja menggoyang-goyang
Dunia khayali.
Mengelucuk jiwa
Jancuk !

SAJAK MIMPI

Aku tadi bermimpi sebagai mimpi putra raja
Gadis manis. Tak pernah ku temu
Wajah bulat telur. Bibir tipis merah delima
Rambut menjuntai sepinggang
Katanya bakal jadi istriku
Pandang matanya sangat menyejukkan

Dalam jaga. Sungguh kumintakan ia pada Tuhan

Heran. Lantas bagaimana dengan.........?

SAJAK TAHUN BARU

Berkaca di cermin
Kain kafanku makin berkibar !

Minggu, 02 Maret 2008

DOA AKHIR TAHUN

Buat : A

Detik menggugah. Terus melangkah dari waktu lalu
Meinggalkan tapak berlumpur – pekat.
Sebab itu, jangan lagi noleh ke belakang
Biar segala emosi iri – usah pedulikan
Segalanya biar menguap !

Sekarang, jadilah air
Mengalir tak terhalangi : jujur dan tegas
Itulah makna hakiki bersekutu.
Membangun rumah persekutuan di puncak
Bukit kehidupan
O, alangkah indahnya !

DIRI

Menatap segala nyanyian duniawi. Serakah
Deras mengguyur badan
Berlari ; Mencengkeram syahwat
Berlari tak berhenti – nafas tersengal
Coba berhenti. Berpaling dari kelam
Mencari caya menembus batas
Melayang-layang diri ini di ruang nisbi
Menggapai-gapai dilumat kabut.
Embun.
Sepi.
Hening.
Hhh.....seperti inilah aku,
Yang dengan dosapun aku bersahabat.

PERJAMUAN

Tetaplah pada perjalanan
Bertenang langkah
Sebagai ikan di laut tak pernah tergesa
Selama masih punya udara
Bertemanlah pada hidup ;
Akrabi lalu kencan dan bersenggama
Hingga tuntas menikmatinya
Jangan tergesa
Meski batas penngembaraan
Tak pernah diketahui pantainya
Seperti batas langit
Maka, marilah kita torehkan nama kita masing-masing
Pada biru langit dengan darah
Jiwa kita hingga merahlah segala
Menjulang mercusuar membelah cakrawala
Terus kita sapukan kuas darah
Pada langit. Terus. Terus.
Sampai tuntas kita sapukan cat emas
Kehidupan di kedalaman sukma
Sehingga pada akhirnya kita bisa tersenyum dan istirahat
Dengan tenang
Memenuhi undangan perjamuan Maha Agung
Dan kita tuang anggur pada cawan perak
Hingga mabuk dan berceloteh dengan khusyuk :
Allah.Allah..Allah...Allah....Allah.....Allah......Allah.......Allah........
Allah.........Allah..........!!!...........

Minggu, 24 Februari 2008

MOBIL PENGEN MANDI


LOCK OF IMAGINATION


O.

O.
Jika digandeng dengan i
Bermaknalah ia sebagai memanggil

Jika digandeng bersama h
Maka ia adalah letupan emosi jiwa

Jika bergabung dengan kembarannya
Hanya diucapkan oleh orang bodoh

Jika diikuti oleh k
Maka ia berarti kesepakatan

Jika berjejer dengan m
Wah, yang ini biasanya gemar sekali mencari daun muda

Dan bila bergandengan dengan a
Bertambah satu lagi jeritan teka-teki
Kehidupan yang nongol dari
Selangkangan yang memuakkan !

JERIT

Rinai hujan malam ini
Bekukan segala. Segala
Cindi guruku Chairil Anwar ku tatapi
Bertanya padanya : Mengapa ?

API AKU

Diusap jemari waktu : tak kentara
Matahari jadi beku
Kalah oleh panas lahar yang menggelegak
Dalam hati jiwaku
Tak juga mengendap malah makin kental
O, jika sudah begini adakah semuanya
Akan berhenti. Senyap. Kelu. Mengembun
Tak mungkin !
Api terus saja membakar-bakar
Menghanguskan segala. Hingga tak ada
Lagi yang tersisa
Pergi berkaca.
Aku lebur ! Menguap !
Kaca pecah berantakan. Aku tersungkur
Ku butuh air penyejuk
Biar segar untuk bertenang diri
Kemana ? Entah.
Terus berjalan membawa apiku
Membara. Tak juga mau meredup.
Meradang.
Persetan !

BETINAKU

Ku cari betinaku jalang
Karena kita sama telanjang
Ku cari betinaku di jalan
Karena kita sama;
Seonggok sampah di lorong gelap
Kau tahu dimana aku
Aku tak tahu dimana kau
Aku adalah kau
Kau adalah aku, sekarang
Mau apa mereka
Disini aku hidup, kau juga
Disana kau hidup, aku juga ?
Mau apa mereka
Biarkan aku hidup
Seperti yang lain
Tapi aku kan beda

Betina !
Betina !
Ku cari kau dimana-mana !

MENANTI

Menangkup sunyi
Resah meradang
Menunggui bom waktu. Dipasang kemarin
Menunggu terus
Berteka-teki ; kena sasaran ataukah
Terkapar sendiri
Detik merambat jantung mendegup
Urat menegang segala menegang
Kian awas – waspada
Tambah mendebar menderas keringat
Pada sekujur pori-pori jiwa

Astaga,
Mengapa begitu lama detik merangkak ?

SEBAB RINDU

Hujanlah hujan
Hujanlah !

Biar mendung tak lagi mendung
Biar petir tak lagi petir

Hujanlah mengguyur segala menderas
Hingga tak lagi pelangi bermuka-muka
Sebab rindu yang terpental-pental
Ingin juga mencari tempat berteduh

DALAM HATIKU

Dalam hatiku
Sungai yang mengalir
mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalirmengalirmengalirmengalirmengalirmengalirmengalir

dalam segala penghidupan

SATU TITIK


.

............................................................
.

Jendela hati perkasa !

NYANYIAN MEMPELAI

Langit biru
Penuh caya
Malu
K’lambu merah jambu
Tersipu
Angin mendayu
Tingkap sejarah baru
Yalah ‘tika segala firman
Dua kalbu telah terucap
Lebur – larut
Bersama lenguh yang menderu

Darah suci perkasa !

Maka segala doa pun membalur

BALADA PEMULUNG : TUGIMIN

Otot yang nonjol
Di telapak tangan
bahu
kaki
dada
perut
Sudah mendarah
Terus jalan
Diseret hidupnya

(dalam setiap doanya ia seru ) :
Tuhan, hidup yang begini
Terlalu sulit bagiku
Aku lelah kendalikan
Tuntutan zaman yang menggila
Aku sungguh tak rela jika kau
Beri hidupku seperti ini
Bukankah aku makhlukmu yang terbaik ?
-- itu firmanmu dalam kitab yang tak kuragu –

Tuhan, ini aku bukan nentang kau
Cuma ngadu tentang takdirku
Otot yang nonjol
Di telapak tangan
bahu
kaki
dada
perut
Di sekujur tubuh dan jiwa
Sudah beku dan mendarah

Ia terus jalan
Sudah mendarah
Terus jalan
Diseret hidupnya

YANG BISA AKU KATAKAN SEKARANG

Yang bisa aka katakan sekarang
Adalah bahwa aku punya jalan sendiri
Jalan yang terbentang
Jalan kemerdekaan
kebebasan

Aku barangkali sudah tak peduli lagi
Akulah yang hidup untuk hidup

Bukan apa-apa.

Begitulah aku sekarang orangnya
Ingin bersendiri saja. Ya !!!

INGINKU

Ingin kukabarkan, ingin kukabarkan
Lewat tulisan yang bergairah

Sejuta ide membuncah dalam dada
Bersemangat bak prajurit
Siap perang

Cerita tentang cinta, kehidupan, tuhan...

Tapi,
Andai saja tangan tak kaku
Andai saja otak tak berbelukar
Pasti telah kukabarkan semua

Ah, andai saja

AKU BAWA LAUTKU

Buat : Wardi + Yasin

Dalam kamar ini
Matahari masih saja bersinar
Tak mampu bakar hati

(sebuah lagu terdengar dari radio yang
satu-satunya. Butut)

Aku –kami—masih saja bersatu
Dengan laut yang masing-masing
Kami bawa. Tak terkira itu dalamnya
Riaknya membuncah anggur
Dalam gelas. Kami lalu bikin toast

Dalam kamar ini
Matahari masih saja bersinar

Dan kami terus jalan,
Bawa laut masing-masing

(sebuah lagu masih terdengar-terseret angin. Keras)

TERNYATA AKU MASIH CINTA KAMU

Buat : R

Biarlah, biarlah
Semesta yang bicara
Tentang hasrat jiwaku
Padamu

Malam ini
Kembali menggelora
Raa itu, meski telah
Kucuci namamu dari hatiku

Lelah
Tak kuasa dalam penantian berabad

Pada akhirnya kukabarkan
Lewat angin malam di dinding
Hatiku yang pengap
Bahwa ternyata terlalu sulit
Untuk tidak mencintaimu

HILANG AKU

Waktu-waktu yang kutiup
Laksanana angin ; terbang entah kemana
Kutelusuri masa-masa
Hanyalah tumpukan mimpi kosong
Yang tak kusadari adalah
Bahwa waktuku sudah tinggal
Sejengkal lagi

Tanpa apa-apa.

KESAL

Aku terjebak dalam dinding warna
Putih abu-abu
Putih abu-abu
Abu-abu kelabu...
Tunggu dulu,
Aku mau berak !!

MARI, SAMBUTLAH AKU

Aku yang lelah
setelah seharian tadi bergumul dengan segala
apa yang kau rencanakan

(malan ini aku datang)

biarkan aku memelukmu
dan kucium keningmu
dalam rindu yang
lauti hatiku

kasih yang ku rindu
dan ku cinta

(meski kadang aku tergoda untuk melupakanmu)

sibaklah tabir wajahmu
agar aku dapat leluasa
layari bening semesta

jiwaku yang penat
oleh kotor dan debu masa lalu
ingin ku wudlu dalam
telaga maafmu

karena setelah itu
tak ada lagi yang kuingin
kecuali syahwat terbesar
adalah perjumpaan denganmu

PADA KEHIDUPAN

Jika pada kehidupan ini kita harus
Menyerah
Sudah tuntaskan dulu dengan perjanjian
Bahwa pada dasarnya kita tak mampu untuk jalani
Kita terpaksa

Jika pada kehidupan ini kita harus menyerah
Jangan lagi ada sesal ataupun duka, sebab
Takkan pernah berubah lagi

Jika pada kehidupan ini kita harus
Menyerah
Pastikanlah bahwa kita berusaha untuk tidak menyerah begitu saja
Meski;
Telah kita tuntaskan perjanjian
Bahwa pada dasarnya kta tak mampu
Untuk jalani

Jumat, 22 Februari 2008

your girl : back to the future !


SEKUNTUM MAWAR MERAH

(buat : M)

Sekuntum mawar merah
Hatinya menangis
Ia terkurung dalam bingkai bara api
Bapaknya harimau kakaknya srigala
Ibunya batu
Maka pada harapan manakah ia menatap

Sekuntum mawar merah
Hatinya luka
Pada tubuhnya tertancap duri beracun
Hingga kumbang yang berani mendekat
Hatinya akan mati
Maka pada tong sampah manakah ia
Akan buang duri beracun

Sekuntum mawar merah
Hatinya duka
Ingin kupetik ia dan kuberi bingkai udara
Bukan sebagai kumbang atau seorang pangeran
Tapi sebagai lelaki bau lumpur hakiki
Yang akan mengajak menatap harapan
Yang akan membantu membuang duri beracun

Sekuntum mawar merah
Hatinya bimbang
Pada kesedihan yang meradang
Pada rasa putus asa yang menjegal
Pada kekesalan yang menggunung
Pada pembr\erontakan yang menggelombang
Tapi bau lumpur telah ia cium !

BAGI KEBEBASAN

Tangan kan tekepal hati tlah merah
Maka darah adalah deru gelombang
Yang menggunung dan langkah adalah derap kuda perang yang sembrani

Siapa lagikah yang hendak menghadang ?
Sedang setan dan iblis keder karena arus
Maha dahsyat darah merah suci merah
Suci merah suci.......!

KEPADA HATI NURANI

Kepada kebebasan: kukepalkan jemariku
Kepada kemerdekaan: kuacungkan tanganku
Dan aku kan teriak dengan lantang:
Inilah jiwaku, kuda perang yang sembrani
Langkahku tak lagi satu-satu, maka siapa
Lagikah yang hendak menghadang
Sedang setan dan iblis keder lihat
Sekujur tubuhku yang mendarah
Karena kata hatiku adalah
Ya, ya, ya untuk ya !
dan tidak, tidak, tidak untuk tidak !

TENTANG KITA (II)

Buat : R

Bendera kebebasan yang dikibarkan
Dalam hati warnanya merah menyala sebagai
Burung-burung yang lintasi benua demi benua
Atau sebagai udara yang
Langlang buana

Mari, satukanlah benderaku dan
Benderamu
Maka kita adalah dewa-dewi yang
Tersenyum dengan cinta

Bendera kita adalah
Kebebasan udara batas langit

KEMBARA HAKEKAT

Kemana semua pergi
Tak berarti lagi
Taburan bayangan yang tertinggal
Biarlah
Larut bersama perjalanan
Ke segala semesta sukma.

Tersujud aku
Ketika bertemu Yang Punya Segala

AKU SUNGGUH

Tak puas hatiku
Memandang kerlap di rona
Yang memancar ke segala
Sukma maka
Kuambung segala aromamu
Terceruk hatiku dalam pelangi
Antara

KHUSYUK

Meniti tasbih
Malam-malam panjang terasa cuma semeter;
Menyebut nama-Mu

FANAKU

Mautku selalu mengintai
Dibalik degup jantungku
Aku dapat merasakan bila
Ia permainkan jantung
Tapi orang lain tak tahu !

Sabtu, 16 Februari 2008

FANA YANG ABADI

Hidup kita ternyata tak lebih
Dari sebuah dongeng
Penghatntar kematian, tak abadi

Kehidupan kitalah yang
Abadi
Meski dibuka dengan dongeng hidup yang
Tak abadi

KARENA MANUSIA SUDAH BANYAK DOSA

Langit merah marah
Gunung merah marah
Sungai merah marah
Laut merah marah
Segala merah marah !
.........................................................................................................
Tuhan Merah Marah ..?

DOA

Sederhana saja

Aku ingin memeluk dunia
Lalu mati dalam pelukanMu
Amin........

SEKEDAR UNGKAPAN CINTA

Entah. Aku sendiri tak mengerti
Mengapa tiba-tiba harus menulis ini

Tanpa angin , tanpa suara

Tiba-tiba lelakiku bangkit-tersentak
Dari keangkuhan selaksa pustaka
Ketika rembulan menantang matahari
‘tuk merengkuhnya

lalu tersipu dan tertunduk malu
dan kutulis sebuah rindu:“aku cinta kamu”

my girl : back to future


CINTA ITU

Cinta itu..........................
Ha...........ha..........ha.........ha..................!
Cinta itu..........................
Hu.........hu...........hu..........hu.................!
Bingung !!!!!!!!!!!!!!

MAUT

Yang kucari ternyata
Di nadiku
Berjalan ke hilir
Muncrat darahku

Senjaku menunggu, siapa ?
Mengiringi peti mati
Siapa berangkat ?

AKANKAH AKU SEPERTI

Sehelai daun ditiup angin
Melayang. Lalu jatuh ke bumi
Sia-sia

Senin, 11 Februari 2008

SURATKU BUAT PEMBACA

SURATKU BUAT PEMBACA

Saudara-saudara, ini bukan puisi
Karena kau bukan penyair
Tapi serasa ada sesuatu yang
Menggelegak dalam jiwaku
Yang harus aku tulis
Agar diriku tak gundah

Saudara-saudara, ini bukan sajak
Karena aku bukan sastrawan
Tapi ini sekedar ungkapan emosiku
Yang meledak-ledak dalam jiwaku
Agar diriku tak resah

Saudara-saudara
Kalau tulisanku jelek, jangan dikritik
Karena aku tak tahan kritikan

Saudara-saudara
Jika tulisanku tak bermutu, jangan diejek
Karena kau tak tahan ejekan
Terimalah tulisanku apa adanya
Aku tak bermaksud apa-apa
Kecuali ingin mengungkapkan
Perasaanku
Kepada anda semua