Minggu, 24 Februari 2008
O.
O.
Jika digandeng dengan i
Bermaknalah ia sebagai memanggil
Jika digandeng bersama h
Maka ia adalah letupan emosi jiwa
Jika bergabung dengan kembarannya
Hanya diucapkan oleh orang bodoh
Jika diikuti oleh k
Maka ia berarti kesepakatan
Jika berjejer dengan m
Wah, yang ini biasanya gemar sekali mencari daun muda
Dan bila bergandengan dengan a
Bertambah satu lagi jeritan teka-teki
Kehidupan yang nongol dari
Selangkangan yang memuakkan !
Jika digandeng dengan i
Bermaknalah ia sebagai memanggil
Jika digandeng bersama h
Maka ia adalah letupan emosi jiwa
Jika bergabung dengan kembarannya
Hanya diucapkan oleh orang bodoh
Jika diikuti oleh k
Maka ia berarti kesepakatan
Jika berjejer dengan m
Wah, yang ini biasanya gemar sekali mencari daun muda
Dan bila bergandengan dengan a
Bertambah satu lagi jeritan teka-teki
Kehidupan yang nongol dari
Selangkangan yang memuakkan !
JERIT
Rinai hujan malam ini
Bekukan segala. Segala
Cindi guruku Chairil Anwar ku tatapi
Bertanya padanya : Mengapa ?
Bekukan segala. Segala
Cindi guruku Chairil Anwar ku tatapi
Bertanya padanya : Mengapa ?
API AKU
Diusap jemari waktu : tak kentara
Matahari jadi beku
Kalah oleh panas lahar yang menggelegak
Dalam hati jiwaku
Tak juga mengendap malah makin kental
O, jika sudah begini adakah semuanya
Akan berhenti. Senyap. Kelu. Mengembun
Tak mungkin !
Api terus saja membakar-bakar
Menghanguskan segala. Hingga tak ada
Lagi yang tersisa
Pergi berkaca.
Aku lebur ! Menguap !
Kaca pecah berantakan. Aku tersungkur
Ku butuh air penyejuk
Biar segar untuk bertenang diri
Kemana ? Entah.
Terus berjalan membawa apiku
Membara. Tak juga mau meredup.
Meradang.
Persetan !
Matahari jadi beku
Kalah oleh panas lahar yang menggelegak
Dalam hati jiwaku
Tak juga mengendap malah makin kental
O, jika sudah begini adakah semuanya
Akan berhenti. Senyap. Kelu. Mengembun
Tak mungkin !
Api terus saja membakar-bakar
Menghanguskan segala. Hingga tak ada
Lagi yang tersisa
Pergi berkaca.
Aku lebur ! Menguap !
Kaca pecah berantakan. Aku tersungkur
Ku butuh air penyejuk
Biar segar untuk bertenang diri
Kemana ? Entah.
Terus berjalan membawa apiku
Membara. Tak juga mau meredup.
Meradang.
Persetan !
BETINAKU
Ku cari betinaku jalang
Karena kita sama telanjang
Ku cari betinaku di jalan
Karena kita sama;
Seonggok sampah di lorong gelap
Kau tahu dimana aku
Aku tak tahu dimana kau
Aku adalah kau
Kau adalah aku, sekarang
Mau apa mereka
Disini aku hidup, kau juga
Disana kau hidup, aku juga ?
Mau apa mereka
Biarkan aku hidup
Seperti yang lain
Tapi aku kan beda
Betina !
Betina !
Ku cari kau dimana-mana !
Karena kita sama telanjang
Ku cari betinaku di jalan
Karena kita sama;
Seonggok sampah di lorong gelap
Kau tahu dimana aku
Aku tak tahu dimana kau
Aku adalah kau
Kau adalah aku, sekarang
Mau apa mereka
Disini aku hidup, kau juga
Disana kau hidup, aku juga ?
Mau apa mereka
Biarkan aku hidup
Seperti yang lain
Tapi aku kan beda
Betina !
Betina !
Ku cari kau dimana-mana !
MENANTI
Menangkup sunyi
Resah meradang
Menunggui bom waktu. Dipasang kemarin
Menunggu terus
Berteka-teki ; kena sasaran ataukah
Terkapar sendiri
Detik merambat jantung mendegup
Urat menegang segala menegang
Kian awas – waspada
Tambah mendebar menderas keringat
Pada sekujur pori-pori jiwa
Astaga,
Mengapa begitu lama detik merangkak ?
Resah meradang
Menunggui bom waktu. Dipasang kemarin
Menunggu terus
Berteka-teki ; kena sasaran ataukah
Terkapar sendiri
Detik merambat jantung mendegup
Urat menegang segala menegang
Kian awas – waspada
Tambah mendebar menderas keringat
Pada sekujur pori-pori jiwa
Astaga,
Mengapa begitu lama detik merangkak ?
SEBAB RINDU
Hujanlah hujan
Hujanlah !
Biar mendung tak lagi mendung
Biar petir tak lagi petir
Hujanlah mengguyur segala menderas
Hingga tak lagi pelangi bermuka-muka
Sebab rindu yang terpental-pental
Ingin juga mencari tempat berteduh
Hujanlah !
Biar mendung tak lagi mendung
Biar petir tak lagi petir
Hujanlah mengguyur segala menderas
Hingga tak lagi pelangi bermuka-muka
Sebab rindu yang terpental-pental
Ingin juga mencari tempat berteduh
DALAM HATIKU
Dalam hatiku
Sungai yang mengalir
mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalirmengalirmengalirmengalirmengalirmengalirmengalir
dalam segala penghidupan
Sungai yang mengalir
mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir mengalir
mengalirmengalirmengalirmengalirmengalirmengalirmengalir
dalam segala penghidupan
NYANYIAN MEMPELAI
Langit biru
Penuh caya
Malu
K’lambu merah jambu
Tersipu
Angin mendayu
Tingkap sejarah baru
Yalah ‘tika segala firman
Dua kalbu telah terucap
Lebur – larut
Bersama lenguh yang menderu
Darah suci perkasa !
Maka segala doa pun membalur
Penuh caya
Malu
K’lambu merah jambu
Tersipu
Angin mendayu
Tingkap sejarah baru
Yalah ‘tika segala firman
Dua kalbu telah terucap
Lebur – larut
Bersama lenguh yang menderu
Darah suci perkasa !
Maka segala doa pun membalur
BALADA PEMULUNG : TUGIMIN
Otot yang nonjol
Di telapak tangan
bahu
kaki
dada
perut
Sudah mendarah
Terus jalan
Diseret hidupnya
(dalam setiap doanya ia seru ) :
Tuhan, hidup yang begini
Terlalu sulit bagiku
Aku lelah kendalikan
Tuntutan zaman yang menggila
Aku sungguh tak rela jika kau
Beri hidupku seperti ini
Bukankah aku makhlukmu yang terbaik ?
-- itu firmanmu dalam kitab yang tak kuragu –
Tuhan, ini aku bukan nentang kau
Cuma ngadu tentang takdirku
Otot yang nonjol
Di telapak tangan
bahu
kaki
dada
perut
Di sekujur tubuh dan jiwa
Sudah beku dan mendarah
Ia terus jalan
Sudah mendarah
Terus jalan
Diseret hidupnya
Di telapak tangan
bahu
kaki
dada
perut
Sudah mendarah
Terus jalan
Diseret hidupnya
(dalam setiap doanya ia seru ) :
Tuhan, hidup yang begini
Terlalu sulit bagiku
Aku lelah kendalikan
Tuntutan zaman yang menggila
Aku sungguh tak rela jika kau
Beri hidupku seperti ini
Bukankah aku makhlukmu yang terbaik ?
-- itu firmanmu dalam kitab yang tak kuragu –
Tuhan, ini aku bukan nentang kau
Cuma ngadu tentang takdirku
Otot yang nonjol
Di telapak tangan
bahu
kaki
dada
perut
Di sekujur tubuh dan jiwa
Sudah beku dan mendarah
Ia terus jalan
Sudah mendarah
Terus jalan
Diseret hidupnya
YANG BISA AKU KATAKAN SEKARANG
Yang bisa aka katakan sekarang
Adalah bahwa aku punya jalan sendiri
Jalan yang terbentang
Jalan kemerdekaan
kebebasan
Aku barangkali sudah tak peduli lagi
Akulah yang hidup untuk hidup
Bukan apa-apa.
Begitulah aku sekarang orangnya
Ingin bersendiri saja. Ya !!!
Adalah bahwa aku punya jalan sendiri
Jalan yang terbentang
Jalan kemerdekaan
kebebasan
Aku barangkali sudah tak peduli lagi
Akulah yang hidup untuk hidup
Bukan apa-apa.
Begitulah aku sekarang orangnya
Ingin bersendiri saja. Ya !!!
INGINKU
Ingin kukabarkan, ingin kukabarkan
Lewat tulisan yang bergairah
Sejuta ide membuncah dalam dada
Bersemangat bak prajurit
Siap perang
Cerita tentang cinta, kehidupan, tuhan...
Tapi,
Andai saja tangan tak kaku
Andai saja otak tak berbelukar
Pasti telah kukabarkan semua
Ah, andai saja
Lewat tulisan yang bergairah
Sejuta ide membuncah dalam dada
Bersemangat bak prajurit
Siap perang
Cerita tentang cinta, kehidupan, tuhan...
Tapi,
Andai saja tangan tak kaku
Andai saja otak tak berbelukar
Pasti telah kukabarkan semua
Ah, andai saja
AKU BAWA LAUTKU
Buat : Wardi + Yasin
Dalam kamar ini
Matahari masih saja bersinar
Tak mampu bakar hati
(sebuah lagu terdengar dari radio yang
satu-satunya. Butut)
Aku –kami—masih saja bersatu
Dengan laut yang masing-masing
Kami bawa. Tak terkira itu dalamnya
Riaknya membuncah anggur
Dalam gelas. Kami lalu bikin toast
Dalam kamar ini
Matahari masih saja bersinar
Dan kami terus jalan,
Bawa laut masing-masing
(sebuah lagu masih terdengar-terseret angin. Keras)
Dalam kamar ini
Matahari masih saja bersinar
Tak mampu bakar hati
(sebuah lagu terdengar dari radio yang
satu-satunya. Butut)
Aku –kami—masih saja bersatu
Dengan laut yang masing-masing
Kami bawa. Tak terkira itu dalamnya
Riaknya membuncah anggur
Dalam gelas. Kami lalu bikin toast
Dalam kamar ini
Matahari masih saja bersinar
Dan kami terus jalan,
Bawa laut masing-masing
(sebuah lagu masih terdengar-terseret angin. Keras)
TERNYATA AKU MASIH CINTA KAMU
Buat : R
Biarlah, biarlah
Semesta yang bicara
Tentang hasrat jiwaku
Padamu
Malam ini
Kembali menggelora
Raa itu, meski telah
Kucuci namamu dari hatiku
Lelah
Tak kuasa dalam penantian berabad
Pada akhirnya kukabarkan
Lewat angin malam di dinding
Hatiku yang pengap
Bahwa ternyata terlalu sulit
Untuk tidak mencintaimu
Biarlah, biarlah
Semesta yang bicara
Tentang hasrat jiwaku
Padamu
Malam ini
Kembali menggelora
Raa itu, meski telah
Kucuci namamu dari hatiku
Lelah
Tak kuasa dalam penantian berabad
Pada akhirnya kukabarkan
Lewat angin malam di dinding
Hatiku yang pengap
Bahwa ternyata terlalu sulit
Untuk tidak mencintaimu
HILANG AKU
Waktu-waktu yang kutiup
Laksanana angin ; terbang entah kemana
Kutelusuri masa-masa
Hanyalah tumpukan mimpi kosong
Yang tak kusadari adalah
Bahwa waktuku sudah tinggal
Sejengkal lagi
Tanpa apa-apa.
Laksanana angin ; terbang entah kemana
Kutelusuri masa-masa
Hanyalah tumpukan mimpi kosong
Yang tak kusadari adalah
Bahwa waktuku sudah tinggal
Sejengkal lagi
Tanpa apa-apa.
KESAL
Aku terjebak dalam dinding warna
Putih abu-abu
Putih abu-abu
Abu-abu kelabu...
Tunggu dulu,
Aku mau berak !!
Putih abu-abu
Putih abu-abu
Abu-abu kelabu...
Tunggu dulu,
Aku mau berak !!
MARI, SAMBUTLAH AKU
Aku yang lelah
setelah seharian tadi bergumul dengan segala
apa yang kau rencanakan
(malan ini aku datang)
biarkan aku memelukmu
dan kucium keningmu
dalam rindu yang
lauti hatiku
kasih yang ku rindu
dan ku cinta
(meski kadang aku tergoda untuk melupakanmu)
sibaklah tabir wajahmu
agar aku dapat leluasa
layari bening semesta
jiwaku yang penat
oleh kotor dan debu masa lalu
ingin ku wudlu dalam
telaga maafmu
karena setelah itu
tak ada lagi yang kuingin
kecuali syahwat terbesar
adalah perjumpaan denganmu
setelah seharian tadi bergumul dengan segala
apa yang kau rencanakan
(malan ini aku datang)
biarkan aku memelukmu
dan kucium keningmu
dalam rindu yang
lauti hatiku
kasih yang ku rindu
dan ku cinta
(meski kadang aku tergoda untuk melupakanmu)
sibaklah tabir wajahmu
agar aku dapat leluasa
layari bening semesta
jiwaku yang penat
oleh kotor dan debu masa lalu
ingin ku wudlu dalam
telaga maafmu
karena setelah itu
tak ada lagi yang kuingin
kecuali syahwat terbesar
adalah perjumpaan denganmu
PADA KEHIDUPAN
Jika pada kehidupan ini kita harus
Menyerah
Sudah tuntaskan dulu dengan perjanjian
Bahwa pada dasarnya kita tak mampu untuk jalani
Kita terpaksa
Jika pada kehidupan ini kita harus menyerah
Jangan lagi ada sesal ataupun duka, sebab
Takkan pernah berubah lagi
Jika pada kehidupan ini kita harus
Menyerah
Pastikanlah bahwa kita berusaha untuk tidak menyerah begitu saja
Meski;
Telah kita tuntaskan perjanjian
Bahwa pada dasarnya kta tak mampu
Untuk jalani
Menyerah
Sudah tuntaskan dulu dengan perjanjian
Bahwa pada dasarnya kita tak mampu untuk jalani
Kita terpaksa
Jika pada kehidupan ini kita harus menyerah
Jangan lagi ada sesal ataupun duka, sebab
Takkan pernah berubah lagi
Jika pada kehidupan ini kita harus
Menyerah
Pastikanlah bahwa kita berusaha untuk tidak menyerah begitu saja
Meski;
Telah kita tuntaskan perjanjian
Bahwa pada dasarnya kta tak mampu
Untuk jalani
Jumat, 22 Februari 2008
SEKUNTUM MAWAR MERAH
(buat : M)
Sekuntum mawar merah
Hatinya menangis
Ia terkurung dalam bingkai bara api
Bapaknya harimau kakaknya srigala
Ibunya batu
Maka pada harapan manakah ia menatap
Sekuntum mawar merah
Hatinya luka
Pada tubuhnya tertancap duri beracun
Hingga kumbang yang berani mendekat
Hatinya akan mati
Maka pada tong sampah manakah ia
Akan buang duri beracun
Sekuntum mawar merah
Hatinya duka
Ingin kupetik ia dan kuberi bingkai udara
Bukan sebagai kumbang atau seorang pangeran
Tapi sebagai lelaki bau lumpur hakiki
Yang akan mengajak menatap harapan
Yang akan membantu membuang duri beracun
Sekuntum mawar merah
Hatinya bimbang
Pada kesedihan yang meradang
Pada rasa putus asa yang menjegal
Pada kekesalan yang menggunung
Pada pembr\erontakan yang menggelombang
Tapi bau lumpur telah ia cium !
Sekuntum mawar merah
Hatinya menangis
Ia terkurung dalam bingkai bara api
Bapaknya harimau kakaknya srigala
Ibunya batu
Maka pada harapan manakah ia menatap
Sekuntum mawar merah
Hatinya luka
Pada tubuhnya tertancap duri beracun
Hingga kumbang yang berani mendekat
Hatinya akan mati
Maka pada tong sampah manakah ia
Akan buang duri beracun
Sekuntum mawar merah
Hatinya duka
Ingin kupetik ia dan kuberi bingkai udara
Bukan sebagai kumbang atau seorang pangeran
Tapi sebagai lelaki bau lumpur hakiki
Yang akan mengajak menatap harapan
Yang akan membantu membuang duri beracun
Sekuntum mawar merah
Hatinya bimbang
Pada kesedihan yang meradang
Pada rasa putus asa yang menjegal
Pada kekesalan yang menggunung
Pada pembr\erontakan yang menggelombang
Tapi bau lumpur telah ia cium !
BAGI KEBEBASAN
Tangan kan tekepal hati tlah merah
Maka darah adalah deru gelombang
Yang menggunung dan langkah adalah derap kuda perang yang sembrani
Siapa lagikah yang hendak menghadang ?
Sedang setan dan iblis keder karena arus
Maha dahsyat darah merah suci merah
Suci merah suci.......!
Maka darah adalah deru gelombang
Yang menggunung dan langkah adalah derap kuda perang yang sembrani
Siapa lagikah yang hendak menghadang ?
Sedang setan dan iblis keder karena arus
Maha dahsyat darah merah suci merah
Suci merah suci.......!
KEPADA HATI NURANI
Kepada kebebasan: kukepalkan jemariku
Kepada kemerdekaan: kuacungkan tanganku
Dan aku kan teriak dengan lantang:
Inilah jiwaku, kuda perang yang sembrani
Langkahku tak lagi satu-satu, maka siapa
Lagikah yang hendak menghadang
Sedang setan dan iblis keder lihat
Sekujur tubuhku yang mendarah
Karena kata hatiku adalah
Ya, ya, ya untuk ya !
dan tidak, tidak, tidak untuk tidak !
Kepada kemerdekaan: kuacungkan tanganku
Dan aku kan teriak dengan lantang:
Inilah jiwaku, kuda perang yang sembrani
Langkahku tak lagi satu-satu, maka siapa
Lagikah yang hendak menghadang
Sedang setan dan iblis keder lihat
Sekujur tubuhku yang mendarah
Karena kata hatiku adalah
Ya, ya, ya untuk ya !
dan tidak, tidak, tidak untuk tidak !
TENTANG KITA (II)
Buat : R
Bendera kebebasan yang dikibarkan
Dalam hati warnanya merah menyala sebagai
Burung-burung yang lintasi benua demi benua
Atau sebagai udara yang
Langlang buana
Mari, satukanlah benderaku dan
Benderamu
Maka kita adalah dewa-dewi yang
Tersenyum dengan cinta
Bendera kita adalah
Kebebasan udara batas langit
Bendera kebebasan yang dikibarkan
Dalam hati warnanya merah menyala sebagai
Burung-burung yang lintasi benua demi benua
Atau sebagai udara yang
Langlang buana
Mari, satukanlah benderaku dan
Benderamu
Maka kita adalah dewa-dewi yang
Tersenyum dengan cinta
Bendera kita adalah
Kebebasan udara batas langit
KEMBARA HAKEKAT
Kemana semua pergi
Tak berarti lagi
Taburan bayangan yang tertinggal
Biarlah
Larut bersama perjalanan
Ke segala semesta sukma.
Tersujud aku
Ketika bertemu Yang Punya Segala
Tak berarti lagi
Taburan bayangan yang tertinggal
Biarlah
Larut bersama perjalanan
Ke segala semesta sukma.
Tersujud aku
Ketika bertemu Yang Punya Segala
AKU SUNGGUH
Tak puas hatiku
Memandang kerlap di rona
Yang memancar ke segala
Sukma maka
Kuambung segala aromamu
Terceruk hatiku dalam pelangi
Antara
Memandang kerlap di rona
Yang memancar ke segala
Sukma maka
Kuambung segala aromamu
Terceruk hatiku dalam pelangi
Antara
FANAKU
Mautku selalu mengintai
Dibalik degup jantungku
Aku dapat merasakan bila
Ia permainkan jantung
Tapi orang lain tak tahu !
Dibalik degup jantungku
Aku dapat merasakan bila
Ia permainkan jantung
Tapi orang lain tak tahu !
Sabtu, 16 Februari 2008
FANA YANG ABADI
Hidup kita ternyata tak lebih
Dari sebuah dongeng
Penghatntar kematian, tak abadi
Kehidupan kitalah yang
Abadi
Meski dibuka dengan dongeng hidup yang
Tak abadi
Dari sebuah dongeng
Penghatntar kematian, tak abadi
Kehidupan kitalah yang
Abadi
Meski dibuka dengan dongeng hidup yang
Tak abadi
KARENA MANUSIA SUDAH BANYAK DOSA
Langit merah marah
Gunung merah marah
Sungai merah marah
Laut merah marah
Segala merah marah !
.........................................................................................................
Tuhan Merah Marah ..?
Gunung merah marah
Sungai merah marah
Laut merah marah
Segala merah marah !
.........................................................................................................
Tuhan Merah Marah ..?
SEKEDAR UNGKAPAN CINTA
Entah. Aku sendiri tak mengerti
Mengapa tiba-tiba harus menulis ini
Tanpa angin , tanpa suara
Tiba-tiba lelakiku bangkit-tersentak
Dari keangkuhan selaksa pustaka
Ketika rembulan menantang matahari
‘tuk merengkuhnya
lalu tersipu dan tertunduk malu
dan kutulis sebuah rindu:“aku cinta kamu”
Mengapa tiba-tiba harus menulis ini
Tanpa angin , tanpa suara
Tiba-tiba lelakiku bangkit-tersentak
Dari keangkuhan selaksa pustaka
Ketika rembulan menantang matahari
‘tuk merengkuhnya
lalu tersipu dan tertunduk malu
dan kutulis sebuah rindu:“aku cinta kamu”
CINTA ITU
Cinta itu..........................
Ha...........ha..........ha.........ha..................!
Cinta itu..........................
Hu.........hu...........hu..........hu.................!
Bingung !!!!!!!!!!!!!!
Ha...........ha..........ha.........ha..................!
Cinta itu..........................
Hu.........hu...........hu..........hu.................!
Bingung !!!!!!!!!!!!!!
MAUT
Yang kucari ternyata
Di nadiku
Berjalan ke hilir
Muncrat darahku
Senjaku menunggu, siapa ?
Mengiringi peti mati
Siapa berangkat ?
Di nadiku
Berjalan ke hilir
Muncrat darahku
Senjaku menunggu, siapa ?
Mengiringi peti mati
Siapa berangkat ?
Senin, 11 Februari 2008
SURATKU BUAT PEMBACA
SURATKU BUAT PEMBACA
Saudara-saudara, ini bukan puisi
Karena kau bukan penyair
Tapi serasa ada sesuatu yang
Menggelegak dalam jiwaku
Yang harus aku tulis
Agar diriku tak gundah
Saudara-saudara, ini bukan sajak
Karena aku bukan sastrawan
Tapi ini sekedar ungkapan emosiku
Yang meledak-ledak dalam jiwaku
Agar diriku tak resah
Saudara-saudara
Kalau tulisanku jelek, jangan dikritik
Karena aku tak tahan kritikan
Saudara-saudara
Jika tulisanku tak bermutu, jangan diejek
Karena kau tak tahan ejekan
Terimalah tulisanku apa adanya
Aku tak bermaksud apa-apa
Kecuali ingin mengungkapkan
Perasaanku
Kepada anda semua
Saudara-saudara, ini bukan puisi
Karena kau bukan penyair
Tapi serasa ada sesuatu yang
Menggelegak dalam jiwaku
Yang harus aku tulis
Agar diriku tak gundah
Saudara-saudara, ini bukan sajak
Karena aku bukan sastrawan
Tapi ini sekedar ungkapan emosiku
Yang meledak-ledak dalam jiwaku
Agar diriku tak resah
Saudara-saudara
Kalau tulisanku jelek, jangan dikritik
Karena aku tak tahan kritikan
Saudara-saudara
Jika tulisanku tak bermutu, jangan diejek
Karena kau tak tahan ejekan
Terimalah tulisanku apa adanya
Aku tak bermaksud apa-apa
Kecuali ingin mengungkapkan
Perasaanku
Kepada anda semua
Langganan:
Postingan (Atom)