Sebuah rumah di tikungan jalan
Di balik pagar hitam sepasang remaja bercinta
Dalam gelap
Kelelawar penuh gairah mencumbu rembulan
Bintang-bintang memetikkan caya
Angin menggoyang malam
Dan tawamu –perempuan- sungguh merahkan darah
Cinta
Sudahkah kita mengerti dan paham
Hakekatnya
Angin basah menyapu wajah
Diam-diam
Adam dan hawa datang bawa catatan
Dik, kalau yang kau pinta cuma nafsu
Akulah lelaki
Jika yang kau pinta cuma setumpuk lakon
Seperti dalam cerpen atau roman atau sinetron
Akulah lelaki
Dik, pernahkah kita tanya pada kedalaman nurani
Apa makna kita berpandangan
Apa makna kuremas jemarimu
Apa makna kita berdekapan
Apa makna kukecup keningmu
Maknanya pahamkanlah
Jika tak ditemu
Maka selebihnya adalah dosa
Minggu, 18 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
lam kenal juga.. Ini enhidayat yang yang di milis ya. Wah ternyata puisinya keren juga. Perlu sering-sering mampir nih kayaknya. ^_^
BalasHapustrims komentarnya. kita bisa saling tuker pengetahuan....
BalasHapusehm, sori baru dibales; komputerku lama ngadat...
nyoba
BalasHapusKahlil gibran ni yeah... Terus semangat ngeblog bro...
BalasHapus